Pembelajaran adalah suatu perubahan dalam diri
seseorang yang disebabkan oleh pengalamaman (Driscoll, dalam Slavin:
2008). Penyediaan lingkungan pembelajaran yang efektif meliputi strategi
yang digunakan guru untuk menciptakan pengalaman ruang kelas yang positif dan
produktif. Lingkungan pembelajaran tersebut sering disebut manajemen kelas (classroom
management), dimana stretegi untuk menyediakan lingkungan
pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah dan menanggapi perilaku
yang buruk tetapi juga yang lebih penting menggunakan waktu kelas dengan baik,
menciptakan atmosfer yang kondusif bagi minat dan penelitian, dan membolehkan
kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa. Kelas yang tidak
mempunyai masalah perilaku sama sekali tidak dapat dianggap sebagai kelas yang
dikelola dengan baik.Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan yang ditata
dengan baik yang melibatkan minat mereka, yang sangat termotivasi untuk
belajar, dan yang mengerjakan tugas-tugas yang menantang namun dalam batas kemampuan
mereka jarang membawa satupun masalah manajemen yang serius.
Penciptaan
lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan pengorganisasian kegiatan di
ruang kelas, pengajaran, dan ruang kelas fisik untuk memungkinkan penggunaan
waktu yang efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan
produktif, dan meminimalkan gangguan. Disiplin merujuk pada metode yang
digunakan untuk mencegah masalah perilaku atau menanggapi masalah perilaku yang
ada dengan maksud untuk mengurangi kejadiannya pada masa mendatang.Penciptaan
lingkungan pembelajaran yang efektif adalah soal mengetahui beberapa teknik
yang dapat dipelajari dan diterapkan setiap guru. Pendekatan terhadap manajemen
ruang kelas dan disiplin yang menekankan pada pencegahan perilaku yang buruk,
berdasarkan teori bahwa pengajaran yang efektif itu sendiri adalah sarana
terbaik untuk menghindari persoalan disiplin. Pada masa lalu, penciptaan
lingkungan pembelajaran yang efektif sering dipandang sebagai soal mengatasi
perilaku buruk masing-masing siswa.
Pemikiran saat ini menekankan manajemen kelas sebagai
keseluruhan dengan cara membuat masing-masing orang yang berperilaku buruk
menjadi semakin jarang (Evertson & Harris, 1993). Guru yang menyajikan
pelajran yang menarik dan tertata dengan baik, yang mengunakan insentif untuk
belajar efektif, yang menyesuaikan pengajaran mereka terhadap tingkat persiapan
siswa, dan yang merencakan dan mengelola waktu mereka sendiri dengan efektif
akan mempunyai sedikit masalah untuk diatasi.Waktu adalah sumber daya terbatas
di sekaloah. Sekaloah biasanya melakukan pertemuan sekitar 6 jam per hari
selama 180 hari setiap tahun. Waktu untuk kegiatan pendidikan dapat
diperpanjang melalui penugasan pekerjaan rumah, tetapi waktu total yang
tersedia untuk pengajaran pada dasarnya ditentukan. Dari 6 jam ini harus
terdapat waktu untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran ditambah dengan waktu
untuk istirahat, olahraraga (pendidikan jasmani), peralihan di antara jam
pelajaram, pengumuman dan sebagainya. Oleh karena itu banyak alokasi waktu yang
hilang. Alokasi waktu adalah waktu yang tersedia bagi siswa untuk mempunyai
kesempatan belajar.
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan
kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran
yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan
kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan
lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi
menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
Selain komunikasi verbal, interaksi di dalam
kelas juga dapat terjadi komunikasi nonverbal. Dengan demikian, komunikasi
nonverbal penting diperhatikan untuk mencapai komunikasi efektif dalam
pembelajaran. Komunikasi nonverbal biasanya dilakukan untuk memback up atau
menegaskan pesan verbal, namun seringkali pesan nonverbal lebih efektif dalam
mencapai sasaran pesan.
Beberapa contoh komunikasi nonverbal dapat dilakukan
dengan mengangkat alis, bersedekap untuk melinndungi diri, mengangkat bahu
sebagai tanda tak peduli, menepuk dahi sebagai tanda lupa sesuatu, dan lain
sebagainya. Banyak pakar komunikasi percaya bahwa sebagian besar komunikasi
interpersonal dilakukan secara nonverbal. Bahkan siswa yang duduk di sudut
ruangan sambil membaca buku sebenarnya mungkin sedang mengkomunikasikan
keinginannya menyendiri secara nonverbal (Santrock, 2008). Ekspresi wajah,
komunikasi mata, sentuhan, menghormati ruang pribadi dan melakukan diam
merupakan teknik komunikasi nonverbal yang efektif dalam membangun interaksi
positif antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. strategi
pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh karena itu, peran guru
selayaknya membiasakan pengaturan peran dan tanggung jawab bagi setiap anak
terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana
lingkungan sosial kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar