Rabu, 04 Desember 2013

Nilai Budi Pekerti Pendidikan







Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global saat ini patut dicermati. Sebab kemajuan tersebut tidak hanya mendatangkan kemanfaatan bagi kehidupan manusia, tetapi juga membawa dampak negatif bagi manusia itu sendiri. Seperti misalnya kemajuan teknologi informasi, disamping bermanfaat mengakses informasi dengan cepat dalam waktu singkat, juga dapat memberi peluang dan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan – tindakan kejahatan. Seseorang dengan mudah membuat janji atau merencanakan sesuatu melalui percakapan HP atau melalui SMS. Begitu pula halnya anak – anak dan remaja, melalui berbagai media dengan mudahnya terangsang pola hidup konsumerisme yang berlebihan hingga terjerumus ke pola hidup hedonisme, yakni hidup dengan memikirkan kepuasan dan kenikmatan semata – mata tanpa memikirkan kepuasan dan kenikmatan semata – mata tanpa memikirkan akibat selanjutnya. Dan pola hidup remaja seperti itu tentunya akan menimbulkan masalah–masalah sosial di masyarakat.
Masalah sosial anak–anak dan remaja, atau lebih menukik lagi prilaku yang menyimpang dari sebagaian kecil remaja dapat berupa: (1) kebiasaan merokok; (2) minum – minuman keras/mabuk–mabukan; (3) menggunakan narkotika atau zat Aditif lainnya; (4) melakukan sex bebas atau sex pranikah; dan (5) melakukan tindak kekerasan, solidaritas geng. Semua tindakan itu mereka lakukan tentu karena ada latar belakangnya. Tindakan yang dilakukan para remaja tersebut bukanlah berdiri g dari remaja. Faktor penyebab tersebut antara lain; 1) kurangnya perhatian dari sendiri.Sesungguhnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpanorang tua, karena kesibukan, keluarga kurang harmonis; 2) pengaruh lingkingan, lingkungan pergaulan/pengaruh teman; 3) tayangan televisi (iklan, sinetron, adegan kekerasan, kemewahan, prilaku prematur misalnya: Siswa SD /SMP diceritakan sudah pacaran); 4) akses internet (adegan/gambar forno); 5) akses media yang lain, majalah, koran, CD Porno; 6). belum mantapnya pendidikan budi pekerti.
Dalam mengatasi permasalahan remaja maka peran keluarga tidak dapat dinisbikan. Keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam membentengi serta mendidik anak – anak dan remaja. Mendidik anak dengan baik sesungguhnya sama pahalanya dengan menghormati orang tua dan leluhur, yakni seseorang akan memperoleh ; 1) Kirti atau mendapat pujian tentang kebaikan 2); Ayusa yaitu kehidupan dengan usia panjang dan sehat; 3) Bala memiliki kekuatan dan kemampuan; 4) Yasa yakni pengabdian yabg tidak tercela (sarassamuccaya 250).Orang tua atau keluarga memiliki tiga kewajiban pokok terhadap anak agar nantinya bisa menjadi Suputra. Tiga kewajiban yang disebut Tri Kang Sinanggeh Dharmaning Wwang Tuha sedapat mungkin dilaksanakan dengan baik, meliputi; 1) Wineh Bhoga paribhoga yakni kewajiban orang tua untuk memberikan sandang, pangan, papan yang layak untuk anak – anaknya; 2) Wineh Upapira yaitu kewajiban orang tua untuk melakukan upacara Yadnya (Samskara) untuk anak–anaknya; 3) Wineh Kawerahan yakni orang tua wajib mengusahakan pendidikan dan pengetahuan yang layak untuk anak – anaknya. 

Nilai – nilai Budi Pekerti sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Nilai – nilai Kemanusiaan. Nilai–nilai Budi Pekerti atau umum disebut Pendidikan Budi Pekerti juga erat kaitannya dengan pendidikan moral, Etika, Tata Krama, dan didalam ajaran agama Hindu disebut Tata Susila Hindu Dharma. Semuanya itu mengacu pada pembentukan karakter atau watak manusia ke arah yang lebih mulia. Pendidikan tanpa mengupayakan pembentukan karakter tidak ada gunanya. Pendidikan yang baik atau pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang berkeseimbangan antara pendidikan berpikir (pendidikan sains) dan pendidikan kemanusiaan (pendidikan humaniora). Keseimbangan ini akan diperoleh melalui proses pembelajaran yang menekankan pada: 1) Olah batin, melalui pembelanjaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2) Olah hati, melalui pembelanjaran kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3) Olah rasa melalui pembelajaran kelompok mata pelajar estetika; 4) Olah pikir, melalui pembelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 5) Olah raga, melalui pembelajaran kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
Pendidikan yang berkeseimbangan tersebut memungkinkan pengembangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang seimbang. Pengembangan fungsi otak kiri yang berkecendrungan pada pola berpikir rasional, logis, linier, dan skuensial. Sedangkan pengembangan fungsi otak kanan berkecendrungan pada pola pikir acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Kedua hal ini harus dikembangkan secara simultan dan seimbang.Sesungguhnya begitu banyak nilai–nilai budi pekerti yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Sekarang tergantung pihak sekolah dan guru. Mau dan mampukah mempasilitasi serta mengimplementasikan hal itu. Jawabnya sangat relatif, karena untuk semua itu diperlukan dukungan dari semua komponen terkait. Betapapun baiknya pendidikan budi pekerti di sekolah bila tanpa dukungan berupa keteladanan dari orang – orang dewasa disekitar siswa, maka semua itu tidak akan ada artinya. Untuk itu perlu ada sinergi dan komitmen untuk merevitalisasi dan ,ereaktualisasikan kembali Pendidikan Budi Pekerti itu sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar