Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di era global saat ini patut dicermati. Sebab
kemajuan tersebut tidak hanya mendatangkan kemanfaatan bagi kehidupan manusia,
tetapi juga membawa dampak negatif bagi manusia itu sendiri. Seperti misalnya
kemajuan teknologi informasi, disamping bermanfaat mengakses informasi dengan
cepat dalam waktu singkat, juga dapat memberi peluang dan mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan – tindakan kejahatan. Seseorang dengan mudah membuat
janji atau merencanakan sesuatu melalui percakapan HP atau melalui SMS. Begitu
pula halnya anak – anak dan remaja, melalui berbagai media dengan mudahnya
terangsang pola hidup konsumerisme yang
berlebihan hingga terjerumus ke pola hidup hedonisme, yakni hidup dengan memikirkan kepuasan dan kenikmatan semata – mata
tanpa memikirkan kepuasan dan kenikmatan semata – mata tanpa memikirkan akibat
selanjutnya. Dan pola hidup remaja seperti itu tentunya akan menimbulkan
masalah–masalah sosial di masyarakat.
Masalah sosial
anak–anak dan remaja, atau lebih menukik lagi prilaku yang menyimpang dari
sebagaian kecil remaja dapat berupa: (1) kebiasaan merokok; (2) minum – minuman
keras/mabuk–mabukan; (3) menggunakan narkotika atau zat Aditif lainnya; (4)
melakukan sex bebas atau sex pranikah; dan (5) melakukan tindak kekerasan,
solidaritas geng. Semua tindakan itu mereka lakukan tentu karena ada latar
belakangnya. Tindakan yang dilakukan para remaja tersebut bukanlah berdiri g
dari remaja. Faktor penyebab tersebut antara lain; 1) kurangnya perhatian dari sendiri.Sesungguhnya
ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpanorang tua,
karena kesibukan, keluarga kurang harmonis; 2) pengaruh lingkingan, lingkungan
pergaulan/pengaruh teman; 3) tayangan televisi (iklan,
sinetron, adegan kekerasan, kemewahan, prilaku prematur misalnya: Siswa SD /SMP
diceritakan sudah pacaran); 4) akses internet (adegan/gambar forno); 5) akses
media yang lain, majalah, koran, CD Porno; 6). belum mantapnya pendidikan budi
pekerti.
Dalam mengatasi
permasalahan remaja maka peran keluarga tidak dapat dinisbikan. Keluarga
memiliki peran yang sangat strategis dalam membentengi serta mendidik anak –
anak dan remaja. Mendidik anak dengan baik sesungguhnya sama pahalanya dengan
menghormati orang tua dan leluhur, yakni seseorang akan memperoleh ; 1) Kirti atau mendapat pujian tentang
kebaikan 2); Ayusa yaitu kehidupan
dengan usia panjang dan sehat; 3) Bala
memiliki kekuatan dan kemampuan; 4) Yasa
yakni pengabdian yabg tidak tercela (sarassamuccaya 250).Orang tua atau
keluarga memiliki tiga kewajiban pokok terhadap anak agar nantinya bisa menjadi
Suputra. Tiga kewajiban yang disebut Tri
Kang Sinanggeh Dharmaning Wwang Tuha sedapat mungkin dilaksanakan
dengan baik, meliputi; 1) Wineh Bhoga
paribhoga yakni kewajiban orang tua untuk memberikan sandang, pangan, papan
yang layak untuk anak – anaknya; 2) Wineh
Upapira yaitu kewajiban orang tua untuk melakukan upacara Yadnya (Samskara)
untuk anak–anaknya; 3) Wineh Kawerahan yakni orang tua wajib mengusahakan
pendidikan dan pengetahuan yang layak untuk anak – anaknya.
Nilai – nilai
Budi Pekerti sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Nilai – nilai
Kemanusiaan. Nilai–nilai Budi Pekerti atau umum disebut Pendidikan Budi Pekerti
juga erat kaitannya dengan pendidikan
moral, Etika, Tata Krama, dan didalam ajaran agama Hindu disebut Tata Susila Hindu Dharma. Semuanya itu
mengacu pada pembentukan karakter atau watak manusia ke arah yang lebih mulia.
Pendidikan tanpa mengupayakan pembentukan karakter tidak ada gunanya.
Pendidikan yang baik atau pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang
berkeseimbangan antara pendidikan berpikir (pendidikan sains) dan pendidikan
kemanusiaan (pendidikan humaniora). Keseimbangan ini akan diperoleh melalui
proses pembelajaran yang menekankan pada: 1) Olah batin, melalui pembelanjaran kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia; 2) Olah hati, melalui
pembelanjaran kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3) Olah rasa melalui pembelajaran kelompok
mata pelajar estetika; 4) Olah pikir,
melalui pembelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 5)
Olah raga, melalui pembelajaran
kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
Pendidikan yang
berkeseimbangan tersebut memungkinkan pengembangan fungsi otak kiri dan otak
kanan yang seimbang. Pengembangan fungsi otak kiri yang berkecendrungan pada
pola berpikir rasional, logis, linier, dan skuensial.
Sedangkan pengembangan fungsi otak kanan berkecendrungan pada pola pikir acak,
tidak teratur, intuitif, dan holistik. Kedua hal ini harus dikembangkan secara
simultan dan seimbang.Sesungguhnya begitu banyak nilai–nilai budi pekerti
yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Sekarang tergantung
pihak sekolah dan guru. Mau dan mampukah mempasilitasi serta mengimplementasikan
hal itu. Jawabnya sangat relatif, karena untuk semua itu diperlukan dukungan
dari semua komponen terkait. Betapapun baiknya pendidikan budi pekerti di
sekolah bila tanpa dukungan berupa keteladanan dari orang – orang dewasa
disekitar siswa, maka semua itu tidak akan ada artinya. Untuk itu perlu ada
sinergi dan komitmen untuk merevitalisasi dan ,ereaktualisasikan kembali
Pendidikan Budi Pekerti itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar